Jumat, 15 November 2013

Askeb IV patologi Molahidatidosa



1.        PENGERTIAN
Mola hydatidosa adalah penyakit wanita dalam masa reproduksi tetapi kalau terjadi kehamilan pada wanita yang berumur lebih dari 45 tahun (obstetric patologi, universitas padjadjaran). Telah diterangkan bahwa kejadian dipengaruhi oleh umur dan ada kemungkinan juga oleh status social ekonomi.
Hamil mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik (pelayanan kesehatan maternal dan neonatal)
Uterus melunak dan berkemban lebih dari usia gestasi yan normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi jaringan seperti rangkaian buah anggur.

2.        GEJALA-GEJALA
a.       Pendarahan kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak.
b.      Rahim lebih besar daripada sesuai denan tuanya kehamilan.
c.       Hyperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama
d.      Mungkin timbul preeklamsi atau eklampsi. Terjadinya eklampsi dan preeklamsi sebelum minggu ke 24 menunjuk kearah molahidatidosa.
e.       Tidak ada tanda-tanda adanya janin, tidak ada detak jantun janin dan tidak namooak rangka janin saat di rotgen foto.
f.       Kadar gonotropin charion tinggi dalam darah dan air kencing.

3.        ETIOLOGI
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui dengan pasti, namun diduga factor penyebabnya adalah:
a.       Factor ovum: ovumnya memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
b.      Imunoselektif dan tropoblast
c.       Keadaan social-ekonomi yang rendah
d.      Paritas tinggi
e.       Kekurangan protein
f.       Infeksi virus dan factor kromosom yang beluum jelas.

4.        PATOFISIOLOI
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi:
a.       Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
b.      Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan pathogenesis dari penyakit trofoblast.
1.      Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan meneskim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung
2.      Teori neoplasma dari park
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi rebsobsi cairan yang berlebihan kedalam villi sehingga timbul gelembung.
3.      Studi dari hertig
a)      Mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komplit pada minggu ke-3 dan ke-5
b)      Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.

5.        DIAGNOSIS
Diagnosis baru pasti kalau kita melihat lahirnya gelembung-gelembung mola. Kalau uterus lebih besar daripada sesuai dengan tuannya kehamilan maka kemungkinan yang harus dipertimbangkan adalah:
a)      Haid terakhir keliru
b)      Kehamilan dengan mioma uteri
c)      Hydramnion
d)     Gamelli
e)      Mola hidatydosa
Untuk diagnose sering dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
a)         Rotgen foto : kalau ada rangka janin maka kemungkinan terbesar bahwa kehamilan biasa walaupun pada mola partialis kadang-kadan terdapat janin. Tidak terlihatnya janin tidak menentukan.
b)        Reaksi biologis : pada mola hydatidosa kadar gonotrophin charion dalam darah dan air kencing sangat tinggi maka galli mainani dilakukan kwantitatif. Kadar gonotrophin yang diperoleh selalu harus dibandingkan denga kadar gonotrophin pada kehamilan biasa dengan umur yang sama.
c)         Percobaan sonde : pada molahidatidosa sonde masuk kedalam cavum uteri, pada kehamilan biasa ada tahanan dari janin
d)        Tehnik baru yang sedang dikembangkan adalah:
1)      Arteriografi yang memperlihatkan pengisian bilateral vena uterine yang dini
2)      Suntikan zat kontras kedalam uterus, memperlihatkan ambaran sarang tawon
3)      Ultrasonografi

6.        GAMBARAN KLINIK
1)      Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan pembesaran uterus dan peningkatan kadar hCG;
Lakukan pengukuran kuantitatif kadar Hcg SPESIFIK (β Hcg Rapid test) bila tidak tersedia fasilitas pemeriksaan tersebut, pengukuran dapat dilakukan dengan uji kehamilan berbasis tera imunologik(hemaglutinasi atau aglutinasi lateks) dimana kadar hormone tersebut diukur secara semikuantitatif melalui pengenceran urin.
2)      Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens, tetapi gejala mual dan muntah lebih hebat, sering disertai gejala seperti preeklamsia. Pemeriksaan dengan ultrasonografi akan menunjukkan gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin. Perasat hanifa wiknjosostro dan Acosta sisson hanya membuntuhkan sonde uterus tetapi hasilnya cukup bermakna untuk diagnosis.
3)      Diagnosis pasti adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi spontan maupun biopsy pasca perasat hanifa winkjosostro atau Acosta sisson (siapkan tindakan darurat apabola terjadi pendarahan pascabiopsi)
7.        PENANGANAN UMUM
a)      Diagnosis dini
b)      Pemeriksaan ultrasonografi. Pada fasilitas kesehatan dimana sumberdaya sangat terbatas, dapat dilakukan:
1)      Evaluasi klinik dengan focus:
a.       Riwayat haid terakhir dan kehamilan
b.      Pendarahan tidak teratur atau spotting
c.       Pembesaran abnormal uterus
d.      Perlunakan serviks dan korpus uteri
2)      Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
3)      Pastikan tidak ada janin (ballottement) atau denyut jantung janin sebelum upaya diagnosis dengan perasat hanifa wiknjosastro atau Acosta sisson.
c)      Lakukan pengosongan jaringan mola segera
d)     Antisipasi komplikasi (krisi tyorid, pendarahan hebat atau perforasi uterus)
e)      Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun pascaevakuasi

8.        PENANGANAN KHUSUS
a)      Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infuse 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes permenit (sebagai tindakan preventif terhadap pendarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat)
b)      Pengosongan dengan aspirasi vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimsl 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hinga pengosongan uterus selesai.
c)      Kenali dan tangani komplikasi penyerta
d)     Anemia sedang cukup diberika sulfus ferosus 600 mg/ hari, untuk anemia berat lakukan transfuse
e)      Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko tinggi untuk perubahan kearah ganas, pertimbangkan untuk memberikan methotrexate (MTX) 3-5 mg/kgBB atau 25 mg IM dosis tunggal
f)       Lakukan pemantauan kadar hCG  hingga minimal 1 tahun pascaevakuasi. Kadar yang menetap atau meninggi setelah 8 minggu pascaevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif( diluar uterus atau invasive) ; berikan kemoterapi MTX dan pantau β-Hcg serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu
g)      Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar