1.
PENGERTIAN
Mola hydatidosa adalah penyakit wanita
dalam masa reproduksi tetapi kalau terjadi kehamilan pada wanita yang berumur
lebih dari 45 tahun (obstetric patologi,
universitas padjadjaran). Telah diterangkan bahwa kejadian dipengaruhi oleh
umur dan ada kemungkinan juga oleh status social ekonomi.
Hamil mola adalah suatu kehamilan di
mana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi
terjadi proferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik (pelayanan kesehatan maternal dan neonatal)
Uterus melunak dan berkemban lebih dari
usia gestasi yan normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi
jaringan seperti rangkaian buah anggur.
2.
GEJALA-GEJALA
a. Pendarahan
kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak.
b. Rahim
lebih besar daripada sesuai denan tuanya kehamilan.
c. Hyperemesis
lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama
d. Mungkin
timbul preeklamsi atau eklampsi. Terjadinya eklampsi dan preeklamsi sebelum
minggu ke 24 menunjuk kearah molahidatidosa.
e. Tidak
ada tanda-tanda adanya janin, tidak ada detak jantun janin dan tidak namooak
rangka janin saat di rotgen foto.
f. Kadar
gonotropin charion tinggi dalam darah dan air kencing.
3.
ETIOLOGI
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui
dengan pasti, namun diduga factor penyebabnya adalah:
a. Factor
ovum: ovumnya memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan
b. Imunoselektif
dan tropoblast
c. Keadaan
social-ekonomi yang rendah
d. Paritas
tinggi
e. Kekurangan
protein
f. Infeksi
virus dan factor kromosom yang beluum jelas.
4.
PATOFISIOLOI
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi:
a. Mola
hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
b. Mola
hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin
Ada
beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan pathogenesis dari penyakit
trofoblast.
1. Teori
missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu
karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan
meneskim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung
2. Teori
neoplasma dari park
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan
memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi rebsobsi cairan yang berlebihan
kedalam villi sehingga timbul gelembung.
3. Studi
dari hertig
a) Mola
hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau
tidak adanya embrio komplit pada minggu ke-3 dan ke-5
b) Adanya
sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan
trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.
5.
DIAGNOSIS
Diagnosis baru pasti kalau kita melihat
lahirnya gelembung-gelembung mola. Kalau uterus lebih besar daripada sesuai
dengan tuannya kehamilan maka kemungkinan yang harus dipertimbangkan adalah:
a) Haid
terakhir keliru
b) Kehamilan
dengan mioma uteri
c) Hydramnion
d) Gamelli
e) Mola
hidatydosa
Untuk diagnose sering dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
a)
Rotgen foto : kalau ada rangka janin
maka kemungkinan terbesar bahwa kehamilan biasa walaupun pada mola partialis
kadang-kadan terdapat janin. Tidak terlihatnya janin tidak menentukan.
b)
Reaksi biologis : pada mola hydatidosa
kadar gonotrophin charion dalam darah dan air kencing sangat tinggi maka galli
mainani dilakukan kwantitatif. Kadar gonotrophin yang diperoleh selalu harus
dibandingkan denga kadar gonotrophin pada kehamilan biasa dengan umur yang
sama.
c)
Percobaan sonde : pada molahidatidosa
sonde masuk kedalam cavum uteri, pada kehamilan biasa ada tahanan dari janin
d)
Tehnik baru yang sedang dikembangkan
adalah:
1) Arteriografi
yang memperlihatkan pengisian bilateral vena uterine yang dini
2) Suntikan
zat kontras kedalam uterus, memperlihatkan ambaran sarang tawon
3) Ultrasonografi
6.
GAMBARAN KLINIK
1) Hampir
sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan pembesaran uterus dan
peningkatan kadar hCG;
Lakukan pengukuran kuantitatif kadar Hcg
SPESIFIK (β Hcg Rapid test) bila tidak tersedia fasilitas pemeriksaan tersebut,
pengukuran dapat dilakukan dengan uji kehamilan berbasis tera
imunologik(hemaglutinasi atau aglutinasi lateks) dimana kadar hormone tersebut
diukur secara semikuantitatif melalui pengenceran urin.
2) Gejala
klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens, tetapi gejala mual dan
muntah lebih hebat, sering disertai gejala seperti preeklamsia. Pemeriksaan
dengan ultrasonografi akan menunjukkan gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai
adanya janin. Perasat hanifa wiknjosostro dan Acosta sisson hanya membuntuhkan
sonde uterus tetapi hasilnya cukup bermakna untuk diagnosis.
3) Diagnosis
pasti adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi spontan maupun
biopsy pasca perasat hanifa winkjosostro atau Acosta sisson (siapkan tindakan
darurat apabola terjadi pendarahan pascabiopsi)
7.
PENANGANAN UMUM
a) Diagnosis
dini
b) Pemeriksaan
ultrasonografi. Pada fasilitas kesehatan dimana sumberdaya sangat terbatas,
dapat dilakukan:
1) Evaluasi
klinik dengan focus:
a. Riwayat
haid terakhir dan kehamilan
b. Pendarahan
tidak teratur atau spotting
c. Pembesaran
abnormal uterus
d. Perlunakan
serviks dan korpus uteri
2) Kajian
uji kehamilan dengan pengenceran urin
3) Pastikan
tidak ada janin (ballottement) atau denyut jantung janin sebelum upaya
diagnosis dengan perasat hanifa wiknjosastro atau Acosta sisson.
c) Lakukan
pengosongan jaringan mola segera
d) Antisipasi
komplikasi (krisi tyorid, pendarahan hebat atau perforasi uterus)
e) Lakukan
pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun pascaevakuasi
8.
PENANGANAN KHUSUS
a) Segera
lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung
berikan infuse 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40-60
tetes permenit (sebagai tindakan preventif terhadap pendarahan hebat dan
efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat)
b) Pengosongan
dengan aspirasi vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah
tabung manual, siapkan peralatan AVM minimsl 3 set agar dapat digunakan secara
bergantian hinga pengosongan uterus selesai.
c) Kenali
dan tangani komplikasi penyerta
d) Anemia
sedang cukup diberika sulfus ferosus 600 mg/ hari, untuk anemia berat lakukan
transfuse
e) Kadar
hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko tinggi untuk
perubahan kearah ganas, pertimbangkan untuk memberikan methotrexate (MTX) 3-5
mg/kgBB atau 25 mg IM dosis tunggal
f) Lakukan
pemantauan kadar hCG hingga minimal 1
tahun pascaevakuasi. Kadar yang menetap atau meninggi setelah 8 minggu
pascaevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif( diluar uterus atau
invasive) ; berikan kemoterapi MTX dan pantau β-Hcg serta besar uterus secara
klinis dan USG tiap 2 minggu
g) Selama
pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila
masih ingin anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar